Gyeongbokgung Palace di Seoul, Korea Selatan. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelajahi Korea Selatan yang terkenal lewat kepopuleran Kpop dan serial dramanya memang menjadi daya tarik tersendiri. Hiruk pikuk kota metropolitan Seoul bisa dijadikan pilihan saat mengunjungi Negara Gingseng ini.
Sebagai kota yang memadukan nuansa tradisional dan modern, Seoul menyuguhkan panorama gedung-gedung pencakar langit dan bangunan antik.
Pasar tradisional berdampingan dengan mewahnya pusat perbelanjaan modern. Kota yang selalu sibuk ini yang juga dikelilingi keindahan alam pegunungan dan sungai.
Tak hanya itu, Seoul pun populer akan murahnya berbelanja produk kecantikan yang selalu menjadi buah tangan incaran wisatawan.
Ragam pilihan penerbangan untuk menuju Korsel sudah banyak tersedia. Salah satu maskapai yang melayani penerbangan langsung ke sana yakni Korean Air, dengan estimasi harga tiket pulang-pergi sekitar Rp7,5 juta.
Setibanya di Bandara Internasional Incheon, dibutuhkan waktu kurang lebih satu sampai dua jam untuk menuju Seoul menggunakan bus bandara dengan tarif sekitar 1200 sampai 2400 won (sekitar Rp15-30 ribu).
Sementara, bila memilih kereta cepat atau subway, waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 30 menit saja, dengan tarif mulai dari 1250 won (sekitar Rp15 ribu). Dan taksi sendiri tarifnya mulai dari tiga ribu won (sekitar Rp36 ribuan).
Untuk penginapan, tak perlu khawatir, karena banyak pilihan tempat di sekitar kawasan Seoul. Mulai dari homestay yang menawarkan tarif Rp200 ribuan per malam, hingga hotel bintang empat—seperti Tmark Grand Hotel di kawasan Myeong-dong, yang menawarkan tarif Rp1 jutaan per malam.
Kota yang sebelumnya dikenal dengan sebutan Hanyang ini telah ada lebih dari 600 tahun sejak kedudukan Dinasti Joseon (1392-1910). Berikut ini ialah wisata yang dapat dilakukan dalam semalam di sana:
Gyeongbokgung Palace
Seoul bisa dibilang kota tak lupa akan kekayaan budayanya. Gyeongbokgung Palace menjadi salah satu destinasi yang wajib dikunjungi.
Gyeongbokgung Palace merupakan istana kerajaan utama pada masa Dinasti Joseon. Dibangun pada sekitar tahun 1395, Gyeongbokgung berada di utara Seoul.
Gyeongbokgung merupakan istana terbesar dari lima istana yang dibangun oleh Dinasti Joseon. Istana itu merupakan sebuah komplek luas yang terdiri dari 330 bangunan, dengan total lebih dari lima ribu ruangan.
Selama masa pendudukan Jepang, bangunan tersebut sempat dihancurkan antara 1910 sampai 1945, tapi sejak 1989 pemerintah Korsel memugar kembali bangunan-bangunan tersebut sebagai bentuk pelestarian sejarah.
Selain keindahan bangunan istana dan panorama taman-tamannya, pengunjung juga dapat menyaksikan Upacara Pergantian Penjaga Istana yang digelar setiap hari, kecuali senin, secara gratis.
Upacara itu dilakukan sejak pukul 10.00 sampai 16.30 (11 kali sehari, dengan jarak setiap 30 menit). Upacara itu dilakukan di depan Gerbang Sungnyemun.
Setelah menyaksikan pertunjukan itu, pengunjung dapat berkeliling ke dalam istana dan menuju kolam Gungnamji. Berfoto dengan latar belakang istana sangat bisa dilakukan di sini.
Lokasi terdekat untuk menuju kawasan tersebut, dapat menggunakan transportasi subway dan turun di Stasiun Hoehyeon, dilanjutkan berjalan kaki sekitar tujuh menit.
Suguhan kuliner halal Itaewon
Menjelang makan siang, suguhan kuliner halal di kawasan Itaewon siap dinikmati.
Selain ragam makanan khas Korea yang telah bersertifikasi halal, kawasan tersebut pun turut menyajikan menu dari negara lain, seperti dari Timur Tengah.
Kawasan tersebut memang telah dikenal sebagai kawasan muslim. Jadi, tak perlu khawatir untuk menyantap makanan khas Korsel di sini.
Menu yang seperti Bulgogi, tumis daging sapi dengan rasa gurih manis, kemudiah Samgyetang semacam sup ayam, dipadukan nasi hangat, dan juga sup Miyeokguk sejenis sup rumput laut.
Harga yang ditawarkan pun terbilang terjangkau, rata-rata restoran di kawasan itu menjual makanan dengan harga 8 sampai 20 ribu won (sekitar Rp90 sampai Rp200 ribu).
Tak hanya banyaknya suguhan pilihan kuliner, terdapat juga pertokoan yang menjual pakaian dan pernak-pernik.
Salah satu masjid terbesar di Korsel pun terdapat di kawasan itu, yakni Seoul Central Mosque.
Untuk menuju lokasi tersebut, dapat menggunakan subway pada jalur 6 dan turun di stasiun Itaewon.
Menikmati kearifan lokal di Bukchon Hanok Village
Bukchon Hanok Village merupakan desa yang masih kental dengan kearifan lokalnya. Kawasan itu terdiri dari rumah-rumah kuno yang masih ditinggal penduduk.
Oleh karena itu, banyak ditemui peringatan untuk tidak menimbulkan kegaduhan atau tidak berfoto di area-area tertentu.
Barisan rumah-rumah kuno menjadi pemandangan yang romantis saat berjalan menanjak menyusuri desa.
Hanok sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk rumah tradisional Korea. Sedangkan Bukchon adalah nama desa tempat hanok-hanok ini berdiri, tepatnya berada di sebelah utara kota Seoul.
Beberapa bagian dari Bukchon Village ini sudah berumur 600 tahun, namun hingga kini masih terawat dengan baik.
Di kawasan ini, dibutuhan waktu sekitar satu sampai dua jam untuk berkeliling dengan naik dan turun bukit, melewati lorong-lorong kecil dan menikmati keindahan pedesaan.
Yang menarik, dari atas pedesaan itu juga terlihat panorama gedung-gedung perkotaan dengan arsitektur modern.
Bukchon Hanok Village terletak diantara Istana Gyeongbokgung, Istana Changdeokgung dan Jongmyo Shrine. Desa ini membawa pada suasana Dinasti Joseon yang selama pemerintahannya memiliki dua desa yakni di sebelah utara dan selatan.
Desa di sebelah selatan terdiri dari rumah-rumah untuk pegawai kelas menengah ke bawah. Sebaliknya, yang berada di utara yang kemudian disebut Bukchon dibangun untuk pejabat tingkat atas.
Selain itu, di kawasan ini juga terdapat toko oleh-oleh tradisional, termasuk pakaian tradisional khas Korsel, yakni Hanbok.
Jika ingin mengunjungi Bukchon Hanok Village, dapat menggunakan subway di jalur 3 menuju Stasiun Anguk dan keluar pintu 2. Sesampainya perjalanan dapat dilanjutkan dengan berjalan kaki ke arah utara sejauh 300 meter.
Surga belanja kosmetik di Myeong-dong
Sebagai salah satu destinasi di Seoul, kawasan Myeong-dong terkenal sebagai surganya belanja produk-produk kecantikan.
Kawasan itu kerap menjadi tujuan utama para wisatawan yang bertandang ke sana. Selain ragam pilihan yang disuguhkan, murahnya harga yang ditawarkan pun menjadi daya tarik tersendiri.
Terlebih banyaknya pedagang di sana yang kerap memberikan produk gratis bagi setiap pengunjung yang berbelanja di tokonya.
Tak hanya pilihan kosmetik, di sekitarnya turut dijajakan makanan ringan dan camilan khas Korsel untuk mengisi perut saat berkeliling. Myeong-dong juga memiliki restoran keluarga, makanan cepat saji, ditambah pilihan bersantap makanan Korea, Barat dan Jepang.
Usai berbelanja, pertunjukan non-verbal Nanta pun dapat menjadi pilihan sembari menunggu waktu makan malam. Dengan biaya 50-60 ribu won (sekitar Rp600-700 ribuan), pertunjukan Nanta menjadi satu hiburan yang dapat dinikmati.
Suguhan itu merupakan pertunjukan komedi dari para chef yang tengah memasak di dapur. Mereka menciptakan harmonisasi suara dari proses ketika membuat makanan. Sembari memasak, mereka juga membuat atraksi-atraksi yang konyol dan mengundang gelak tawa.
Untuk tiba ke sana, dapat menggunakan subway sampai stasiun Myeongdong di jalur 4 dan keluar lewat pintu 1.
Panorama Seoul dari puncak N Seoul Tower
Setelah berkeliling di siang hari, menikmati panorama Seoul pada malam hari dari puncak tertinggi di Korsel dapat menjadi tujuan selanjutnya.
Namsan Seoul Tower atau dikenal dengan sebutan N Seoul Tower, menyuguhkan pemandangan kota 360 derajat. Di tempat ini, pengunjung dapat melihat Seoul dari berbagai sudut.
Bila pernah mendengar ritual menggantungkan gembok cinta yang populer, pelataran N Seoul Tower merupakan lokasinya.
Sebelum naik ke puncak tower, wisatawan dapat menggantungkan gembok harapan cinta, yang menurut mitos akan membuat cinta abadi selamanya.
Harga gembok yang dijual berkisar 10 ribu won (sekitar Rp120 ribu). Sementara untuk naik ke atas puncaknya, harga tiket yang dijual 10 ribu won (sekitar Rp 120 ribu) untuk orang dewasa, dan 8 ribu won (sekitar Rp 91 ribu) untuk anak-anak.
Bagi yang ingin menikmati pemandangan sembari makan malam, bisa menyantapnya di restoran putar N Seoul Tower, yang berputar setiap 48 menit sekali.
Sayangnya, pemandangan kota yang dilihat dari kaca tak seindah yang dibayangkan, itu disebabkan kaca pembatas yang merefleksikan bayangan dari dalam ruangan. Oleh karenanya, bila ingin berhemat, menikmati pemandangan dari pelataran pun tetap memesona.
Untuk tiba ke N Seoul Tower, dari stasiun Myeongdong berjalan sekitar 10 menit, menanjak menuju hotel Pacific, dan melanjutkannya menggunakan kereta gantung. Atau menggunakan Seoul City Tour Bus yang tiba setiap 30 menit.
Bila ingin melanjutkan dengan subway di jalur 3 atau 4 dapat turun di Stasiun Chungmuro kemudian keluar lewat pintu 2 lalu naik Namsan Shuttle Bus di depan Daehan cinema.
Menghabiskan malam di Dongdaemun
Setelah menyaksikan panorama Seoul dari puncak tertinggi, perjalanan satu hari dapat ditutup di kawasan Dongdaemun.
Dongdaemun merupakan kawasan yang terkenal sebagai surga belanja bagi para pecinta fesyen. Dapat dikatakan, kawasan ini sebagai 'Tanah Abang'-nya Seoul.
Bila belum puas berbelanja di Myeongdong, Dongdaemun adalah pilihan untuk melanjutkan pencarian. Bila pasar lainnya tutup pukul 22.00, pasar ini justru baru dibuka dan ramai menjelang tengah malam hingga pagi hari, mulai pukul 22.30 hingga 04.00.
Sementara, jika ingin menikmati keindahan malam kota Seoul saja, dapat pula duduk-duduk di sekitar Dongdaemun Design Plaza (DDP) yang juga disebut sebagai Dream, Design, Play.
Bangunan yang terletak di seberang pasar Dongdaemun itu dibuka sejak Maret 2014, pusat desain multi-tujuan yang bertujuan untuk mengembangkan inovasi, kreativitas dan bakat.
Bangunan dengan ciri khas tak bergaris lurus, bentuk melengkung, dan arsitektur atipikal tiga dimensi itu dirancang oleh arsitek terkenal berdarah Irak-Inggris Zaha Hadid.
Interior dibagi menjadi lima daerah bertema yang berfungsi sebagai tempat pertemuan internasional, ruang konser, dan ruang belajar yang mendukung kreativitas dan imajinasi anak-anak. Di dalam bangunannya terdapat Design Market, berupa restoran, kafe, dan toko-toko merk dunia.
Bangunan super moderen ini juga terbilang romantis, dengan taman yang bermandikan cahaya dari ratusan lampu bunga mawar.
Pilihan lain di sekitar Dongdaemun adalah bersantai di tepi sungai Cheonggyecheon, salah satu aliran sungai yang membelah Seoul. Warga Seoul yang datang berpasangan sering memadati kawasan ini.
Untuk sampai ke sana, dapat menggunakan subway dan turun di Stasiun Sejarah & Budaya Dongdaemun pada jalur 2, 4, dan 5.
Sebagai kota yang memadukan nuansa tradisional dan modern, Seoul menyuguhkan panorama gedung-gedung pencakar langit dan bangunan antik.
Tak hanya itu, Seoul pun populer akan murahnya berbelanja produk kecantikan yang selalu menjadi buah tangan incaran wisatawan.
Ragam pilihan penerbangan untuk menuju Korsel sudah banyak tersedia. Salah satu maskapai yang melayani penerbangan langsung ke sana yakni Korean Air, dengan estimasi harga tiket pulang-pergi sekitar Rp7,5 juta.
Setibanya di Bandara Internasional Incheon, dibutuhkan waktu kurang lebih satu sampai dua jam untuk menuju Seoul menggunakan bus bandara dengan tarif sekitar 1200 sampai 2400 won (sekitar Rp15-30 ribu).
Sementara, bila memilih kereta cepat atau subway, waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 30 menit saja, dengan tarif mulai dari 1250 won (sekitar Rp15 ribu). Dan taksi sendiri tarifnya mulai dari tiga ribu won (sekitar Rp36 ribuan).
Untuk penginapan, tak perlu khawatir, karena banyak pilihan tempat di sekitar kawasan Seoul. Mulai dari homestay yang menawarkan tarif Rp200 ribuan per malam, hingga hotel bintang empat—seperti Tmark Grand Hotel di kawasan Myeong-dong, yang menawarkan tarif Rp1 jutaan per malam.
Kota yang sebelumnya dikenal dengan sebutan Hanyang ini telah ada lebih dari 600 tahun sejak kedudukan Dinasti Joseon (1392-1910). Berikut ini ialah wisata yang dapat dilakukan dalam semalam di sana:
Gyeongbokgung Palace
Gyeongbokgung Palace berada di utara Seoul. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Gyeongbokgung Palace merupakan istana kerajaan utama pada masa Dinasti Joseon. Dibangun pada sekitar tahun 1395, Gyeongbokgung berada di utara Seoul.
Gyeongbokgung Palace merupakan kawasan yang wajib dikunjungi wisatawan. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Selama masa pendudukan Jepang, bangunan tersebut sempat dihancurkan antara 1910 sampai 1945, tapi sejak 1989 pemerintah Korsel memugar kembali bangunan-bangunan tersebut sebagai bentuk pelestarian sejarah.
Pada 1989 pemerintah Korsel memugar kembali bangunan ini sebagai bentuk pelestarian sejarah. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Upacara itu dilakukan sejak pukul 10.00 sampai 16.30 (11 kali sehari, dengan jarak setiap 30 menit). Upacara itu dilakukan di depan Gerbang Sungnyemun.
Upacara pergantian penjaga istana. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Lokasi terdekat untuk menuju kawasan tersebut, dapat menggunakan transportasi subway dan turun di Stasiun Hoehyeon, dilanjutkan berjalan kaki sekitar tujuh menit.
Suguhan kuliner halal Itaewon
Menjelang makan siang, suguhan kuliner halal di kawasan Itaewon siap dinikmati.
Selain ragam makanan khas Korea yang telah bersertifikasi halal, kawasan tersebut pun turut menyajikan menu dari negara lain, seperti dari Timur Tengah.
Kawasan ini memang telah dikenal sebagai kawasan muslim di Seoul. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Menu yang seperti Bulgogi, tumis daging sapi dengan rasa gurih manis, kemudiah Samgyetang semacam sup ayam, dipadukan nasi hangat, dan juga sup Miyeokguk sejenis sup rumput laut.
Hidangan Bulgogi. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Tak hanya banyaknya suguhan pilihan kuliner, terdapat juga pertokoan yang menjual pakaian dan pernak-pernik.
Sup Samgyetang. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Untuk menuju lokasi tersebut, dapat menggunakan subway pada jalur 6 dan turun di stasiun Itaewon.
Menikmati kearifan lokal di Bukchon Hanok Village
Papan penanda jalan di Bukchon Hanok Village. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Oleh karena itu, banyak ditemui peringatan untuk tidak menimbulkan kegaduhan atau tidak berfoto di area-area tertentu.
Awal menanjak di dalam desa. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Hanok sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk rumah tradisional Korea. Sedangkan Bukchon adalah nama desa tempat hanok-hanok ini berdiri, tepatnya berada di sebelah utara kota Seoul.
Hanok di dalam desa. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Di kawasan ini, dibutuhan waktu sekitar satu sampai dua jam untuk berkeliling dengan naik dan turun bukit, melewati lorong-lorong kecil dan menikmati keindahan pedesaan.
Suasana di tengah desa. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Bukchon Hanok Village terletak diantara Istana Gyeongbokgung, Istana Changdeokgung dan Jongmyo Shrine. Desa ini membawa pada suasana Dinasti Joseon yang selama pemerintahannya memiliki dua desa yakni di sebelah utara dan selatan.
Melihat pemandangan kota dari desa. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Selain itu, di kawasan ini juga terdapat toko oleh-oleh tradisional, termasuk pakaian tradisional khas Korsel, yakni Hanbok.
Jika ingin mengunjungi Bukchon Hanok Village, dapat menggunakan subway di jalur 3 menuju Stasiun Anguk dan keluar pintu 2. Sesampainya perjalanan dapat dilanjutkan dengan berjalan kaki ke arah utara sejauh 300 meter.
Surga belanja kosmetik di Myeong-dong
Suasana malam di Myeong-dong (Thinkstock/f11photo) |
Kawasan itu kerap menjadi tujuan utama para wisatawan yang bertandang ke sana. Selain ragam pilihan yang disuguhkan, murahnya harga yang ditawarkan pun menjadi daya tarik tersendiri.
Terlebih banyaknya pedagang di sana yang kerap memberikan produk gratis bagi setiap pengunjung yang berbelanja di tokonya.
Tak hanya pilihan kosmetik, di sekitarnya turut dijajakan makanan ringan dan camilan khas Korsel untuk mengisi perut saat berkeliling. Myeong-dong juga memiliki restoran keluarga, makanan cepat saji, ditambah pilihan bersantap makanan Korea, Barat dan Jepang.
Usai berbelanja, pertunjukan non-verbal Nanta pun dapat menjadi pilihan sembari menunggu waktu makan malam. Dengan biaya 50-60 ribu won (sekitar Rp600-700 ribuan), pertunjukan Nanta menjadi satu hiburan yang dapat dinikmati.
Suguhan itu merupakan pertunjukan komedi dari para chef yang tengah memasak di dapur. Mereka menciptakan harmonisasi suara dari proses ketika membuat makanan. Sembari memasak, mereka juga membuat atraksi-atraksi yang konyol dan mengundang gelak tawa.
Untuk tiba ke sana, dapat menggunakan subway sampai stasiun Myeongdong di jalur 4 dan keluar lewat pintu 1.
Panorama Seoul dari puncak N Seoul Tower
N Seoul Tower di malam hari. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Namsan Seoul Tower atau dikenal dengan sebutan N Seoul Tower, menyuguhkan pemandangan kota 360 derajat. Di tempat ini, pengunjung dapat melihat Seoul dari berbagai sudut.
Bila pernah mendengar ritual menggantungkan gembok cinta yang populer, pelataran N Seoul Tower merupakan lokasinya.
Wisatawan yang menggantungkan gembok cinta. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Harga gembok yang dijual berkisar 10 ribu won (sekitar Rp120 ribu). Sementara untuk naik ke atas puncaknya, harga tiket yang dijual 10 ribu won (sekitar Rp 120 ribu) untuk orang dewasa, dan 8 ribu won (sekitar Rp 91 ribu) untuk anak-anak.
Bagi yang ingin menikmati pemandangan sembari makan malam, bisa menyantapnya di restoran putar N Seoul Tower, yang berputar setiap 48 menit sekali.
Sayangnya, pemandangan kota yang dilihat dari kaca tak seindah yang dibayangkan, itu disebabkan kaca pembatas yang merefleksikan bayangan dari dalam ruangan. Oleh karenanya, bila ingin berhemat, menikmati pemandangan dari pelataran pun tetap memesona.
Panorama dari N Seoul Tower. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Bila ingin melanjutkan dengan subway di jalur 3 atau 4 dapat turun di Stasiun Chungmuro kemudian keluar lewat pintu 2 lalu naik Namsan Shuttle Bus di depan Daehan cinema.
Menghabiskan malam di Dongdaemun
Menutup malam di Dongdaemun. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Dongdaemun merupakan kawasan yang terkenal sebagai surga belanja bagi para pecinta fesyen. Dapat dikatakan, kawasan ini sebagai 'Tanah Abang'-nya Seoul.
Sungai Cheonggyecheon. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Sementara, jika ingin menikmati keindahan malam kota Seoul saja, dapat pula duduk-duduk di sekitar Dongdaemun Design Plaza (DDP) yang juga disebut sebagai Dream, Design, Play.
Bila belum puas berbelanja di pasar Myeongdong, pasar Dongdaemun adalah pilihannya. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Bangunan dengan ciri khas tak bergaris lurus, bentuk melengkung, dan arsitektur atipikal tiga dimensi itu dirancang oleh arsitek terkenal berdarah Irak-Inggris Zaha Hadid.
Kawasan yang disebut juga surga cahaya. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Bangunan super moderen ini juga terbilang romantis, dengan taman yang bermandikan cahaya dari ratusan lampu bunga mawar.
Siraman cahaya yang romantis di Dongdaemun. (CNN Indonesia/Aghniya Khoiri) |
Untuk sampai ke sana, dapat menggunakan subway dan turun di Stasiun Sejarah & Budaya Dongdaemun pada jalur 2, 4, dan 5.
No comments:
Post a Comment